Rabu, 30 November 2011

Kontroversi Votting Pulau Komodo

share

Pulau Komodo adalah sebuah pulau yang terletak di Kepulauan Nusa Tenggara. Pulau Komodo dikenal sebagai habitat asli hewan komodo. Pulau ini juga merupakan kawasan Taman Nasional Komodo yang dikelola oleh Pemerintah Pusat. Pulau Komodo berada di sebelah timur Pulau Sumbawa, yang dipisahkan oleh Selat Sape.
Secara administratif, pulau ini termasuk wilayah Kecamatan Komodo, Kabupaten Manggarai Barat, Provinsi Nusa Tenggara Timur, Indonesia. Pulau Komodo merupakan ujung paling barat Provinsi Nusa Tenggara Timur, berbatasan dengan Provinsi Nusa Tenggara Barat.
Di Pulau Komodo, hewan komodo hidup dan berkembang biak dengan baik. Hingga Agustus 2009, di pulau ini terdapat sekitar 1300 ekor komodo. Ditambah dengan pulau lain, seperti Pulau Rinca dan dan Gili Motang, jumlah mereka keseluruhan mencapai sekitar 2500 ekor. Ada pula sekitar 100 ekor komodo di Cagar Alam Wae Wuul di daratan Pulau Flores tapi tidak termasuk wilayah Taman Nasional Komodo.
Selain komodo, pulau ini juga menyimpan eksotisme flora yang beragam kayu sepang yang oleh warga sekitar digunakan sebagi obat dan bahan pewarna pakaian, pohon nitak ini atau sterculia oblongata di yakini berguna sebagai obat dan bijinya gurih dan enak seperti kacang polong.

 Sumber : wikipedia.com



saya sangat merasa bangga atas terpilihnya pulau komodo tersebut sebagai bagian 7 Keajaiban dunia yang mana kita bersaing dengan ratusan negara, tetapi dalam hal ini terdapat banyak ataupun sedikitnya permasalahan yang datang seiring berjalannnya votting tersebut saya akan mencoba membahas sebagian walaupun tidak keseluruhan.

Pertama :
 mereka mempertanyakan penyelenggara new7wonders yang notabene adalah yayasan swasta, yang tidak di akui oleh UNESCO, dan para pengkritik menganggap sebagaimana yayasan-yayasan swasta lainya didirikan dengan tujuan untuk mendapatkan untuk dari kegiatan yang mereka lakukan. Untung yang didapat dari pembayaran sejumlah uang untuk mengikutsertakan suatu daerah dalam kompetisi yang mereka buat.

Kedua :
sebagaimana telah saya sebutkan diatas, masyarakat dipermainkan rasa nasionalismenya dengan maksud menyedot uang yang dilakukan melalui vote sms untuk dukung pulau komodo dengan nilai Rp. 1/sms. Para kritiker berharap menyadarkan masyarakat bahwa uang didapat dari vote sukarela itu, asumsinya akan dimanfaatkan untuk kepentingan dan keuntungan tertentu dari pihak panitia pemenangan.


Ketiga :

tanpa di dukung atau masuk dalam new7wonders pun pulau komodo telah menjadi salah satu keajaiban dunia, yang telah dikenal luas oleh masyarakat dunia. Oleh karena itu, menjadi salah satu new7wonders baru dikhawatirkan akan mempengaruhi habitat dari komodo, menjadikan komodo stress dan cenderung akan punah sebagai kontradiksi dari konservasi yang dilakukan selama ini.
pertama saya akan menjawab, benar bahwa yayasan new7wonders adalah yayasan swasta, secara otomatis keberadaanya tidak diakui oleh UNESCO. Bukan berarti ini  yayasan new7wonders tidak berpengaruh dalam mempromosikan situs-situs tertentu untuk dikenang oleh masyarakt dunia. Kalau kita cermati lebih dalam UNESCO dan new7wonders adalah dua hal yang berbeda. UNESCO sebagai mana kita ketahui memilih dan menetapkan tempat-tempat di dunia yang eksotik perlu dilestarikan dan dipertahankan eksistensinya. UNESCO tidak menjust situs tertentu yang paling bagus atau menarik, namun UNESCO dalam menilai situs-situs tersebut adalah sama, tidak mebeda-bedakan dan mesti dilestarikan.

kemudian untuk penganggaran dana yang sangat besar untuk votting, menurut saya lebih baik, kita menggunakan dana yang besar ini untuk merawat dan menjaga habitat pulau komodo ini, jika pulau komodo ini terawat dan terjaga, maka negara lain akan mengenal "kalau ini loh pulau komodo" yang ada di indonesia, daripada menhambur hamburkan uang yang jumlahnya tidak sedikit itu, dan setelah terpilih pulau ini tidak terawat lagi, maka akan sia sia saja upaya yang dilakukan, misalkan saja candi borobudur yang saat ini sudah di hapus dari 7 keajaiban dunia, kenapa? salah satunya pasti karena kurangnya perawatan dari pemerintahnya sendiri, nah tidak hanya ini, menurut pendapat Prof. Putra Sastrawan peneliti Komodo sejak tahun 1969, yang sudah sudah meneliti kira2 40 tahun ini, yang paling dibutuhkan Komodo saat ini adalah konservasi, bukan justru mempopulerkannya, “Komodo sudah populer sejak diterbitkan pada jurnal ilmiah dunia pada tahun 1912. Statistik Kehutanan menyebutkan 95% pengunjung pulau ini adalah orang asing. Artinya, di luar negeri, pulau ini sudah populer,” selain itu penurunan jumlah populasi Komodo juga harus diperhatikan yang sedarinya berjumlah 5500 ekor pada tahun 1969-1970 namun pada tahun 2000-an telah berkurang  menjadi 3000 ekor.

0 komentar:

Posting Komentar